Lari Pagi di Ciwidey, Bikin Candu!

 

          Sumber Gambar: Dokumen Pribadi


Sabtu, 26 Juli 2025. Tepatnya pukul 05.00 WIB. Bandung masih tanpa cahaya matahari. Namun, di kediamanku sudak tak sunyi lagi. Sepertinya aku tak pernah tak repot saat hendak bepergian di pagi hari. Kali ini tujuanku adalah Ciwidey. Pergi ke sana untuk sekadar lari pagi. Padahal, untuk sampai ke lokasi yang sudah direncanakan, aku harus menempuh jarak sekitar 60 kilometer. Tentunya aku pergi menggunakan sepeda motor. 

Jika selama ini Ciwidey begitu menarik perhatian para riders dan bikers, akhir-akhir ini Ciwidey juga menjadi pilihan para runner untuk menyalurkan hobi mereka. Olahraga di alam terbuka bukan hanya baik untuk tubuh, tetapi juga menyehatkan jiwa. Terutama untuk mereka yang sehari-harinya disibukkan dengan aktivitas di dalam ruangan. Salah satunya aku.

Sekitar pukul 06.30 WIB, aku sudah memasuki kawasan perkebunan teh. Salah satu keindahan Ciwidey yang membuat candu. Udaranya yang sejuk, suasananya yang memanjakan mata, dan kesunyiannya yang menenangkan jiwa. Ciwidey tak pernah mengecewakan, bagi diriku.

Perjalananku berhenti sampai aku menemukan tempat yang aman untuk menitipkan sepeda motor. Sekitar pukul 07.30 WIB, aku melakukan pemanasan yang sering dilakukan pelari profesional. Padahal, aku hanya seorang pelari pemula yang terinspirasi dari para influencer yang tengah beramai-ramai menekuni olahraga lari.

Semangat ini semakin menggebu. Kukencangkan tali sepatu, kurapikan parachute jacket dan sport pants, dan kubulatkan tekad untuk memaksimalkan jarak yang bisa ditempuh selama 1 jam. Aku awali dengan berjalan cepat selama 15 menit, lalu berlari kecil selama 30 menit, dilanjutkan dengan berlari kencang selama 10 menit, dan diakhiri dengan jalan santai selama 5 menit. Kaki ini hanya mampu menempuh jarak 5 kilometer. Tetap bersyukur dengan pencapaian yang memang tak sebanding dengan pencapaian pelari lain.

Lari pagi kali ini menjadi olahraga yang sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, selama aku berlari, selama itu pula mataku dimanjakan dengan pemandangan alam yang menakjubkan. Tanaman teh yang membentang, pohon-pohon rindang yang menjulang tinggi, serta burung-burung yang terbang dengan bebas.

Tak cukup meneguk air putih untuk melepas dahaga, aku juga menikmati secangkir kopi hangat di sebuah warung, di mana aku menitipkan sepeda matorku. Tepat pukul 09.00 WIB, aku bersiap-siap untuk pulang.

Sebuah perjalanan yang berkesan untuk diri ini lebih sehat jasmani dan rohani.

Sampai jumpa di kilometer selanjutnya.

2 komentar